Prof, Dhani menyarankan, “Sudah saatnya UIN Mataram sebagai kampus Pendidikan Tinggi dan Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) mengembangkan pendidikannya ke atas yaitu dengan memperbanyak prodi di Pascasarjana dengan membuka program stuadi baru Magister (S2) dan doktor (S3) dengan demikian UIN Mataram dapat menjadi epicentrum pendidikan untuk peradaban”.
Lanjut Prof. Dhani mengutip wisdom Arab, Man ‘arafa nafsah faqad ‘arafa rabbah (من عرف نفسه فقد عرف ربه) Bahwa orang yang mengerti dirinya, memahami potensinya, itulah oramg yg bisa membuat hidupnya bermakna. Sudah banyak ilmuan yang merefleksikan term manusia seperti sebutan homosapiens (manusia berakal), Cogito Ergo Sum ( saya brrpikir, maka saya ada), termasuk Insan sebagai hayawaanu nathiq (الإنسان حيوان الناطق) Semuanya menunjukkan manusia mampu membentuk peradaban dengan akal atau perpengetahuan yang dimiliki. Itu yang bisa membuat hidup jadi bermakna.
Oleh sebab itu manusia tidak boleh berhenti belajar, karena orang terpelajar hanya akan menguasai masa lalu, sedangkan orang yang terus belajar akan menguasai masa depan. “Dari Hidup kita belajar, dari belajar kita hidup”, jelasnya.
Prof. Dhani juga mengingatkan tantantang hidupa saat ini yang disebut dengan istilah Dunia VUCA singkatan dari Volatility (Bergejolak), Uncertainty (Ketidak Pastian), Complexity (Komplekssitas), dan Ambiguity (seolah-olah). Intinya, dunia VUCA artinya dunia yang kita hidupi sekarang, di mana perubahan sangat cepat, tidak terduga, dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit dikontrol, dan kebenaran serta realitas menjadi sangat subyektif.
Pengaruh terbesar dari pergeseran dunia kita jaman sekarang tentu saja dipengaruhi teknologi. Bayangkan, baru sekitar 20 tahun lalu internet menjadi bagian hidup kita. Sekarang, bisakah kita bayangkan hidup kita tanpa internet? Setiap jengkal hidup kita beririsan dengan internet dan teknologi.
Apakah kemudian kita harus menghindari internet dan teknologi? Kalau kita mau bisa bertahan di dunia jaman sekarang, kita tidak bisa menghindari kemajuan. Kita hanya bisa beradaptasi. Seperti ungkapan dari Albert Einstein, “The measure of intelligence is the ability to change.